All things are One. There is no polarity, no right or wrong, no disharmony, but only identity.
All is One, and that one is love/light, light/love, The One Infinite Creator...


~Ra, humble messenger of the Law of One~

Saturday, December 6, 2008

Kisah tentang penciptaan alam semesta

Cerita, kisah atau mitos tentang penciptaan alam semesta yang berasal dari seluruh belahan dunia seringkali berbagi alur dan prinsip yang sama. Kebanyakan dari cerita tersebut bermula dari pemisahan, yaitu proses pembagian dari The Original One, dari Yang SATU menjadi beberapa bagian yang saling melengkapi sehingga penciptaan bisa termanifestasikan.

Dalam kebudayana Mesir Kuno lebih dari 5000 tahun yang lalu, Penciptaan dikatakan terjadi ketika The Power of Though membuat "Cahaya" bangkit dari dalam "Ruang Kegelapan". Dari cerita ini bisa disimpulkan bahwa ada dua komponen sebelum penciptaan Cahaya, yaitu 1)Thought atau kekuatan pikir, kreatifitas, cipta dan 2)Ruang Kegelapan Kosong yang telah tercipta sebelumnya.

Di Yunani Kuno, Semesta dikatakan merupakan tempat yang sebelumnya tanpa cahaya sampai Eros (Cinta) bangkit, membawa cahaya dan ketentraman. Dalam kisah ini kita menemukan bahwa intent atau keinginan (cipta) dan feeling atau perasaan (rasa) membuat Cahaya bangkit dan termanifestasikan untuk menjadi ada.

Dalam kebudayaan Aztec kuno, The original Father dan The Original Mother diceritakan sebagai pembuat keberadaan segala sesuatunya. Manusia dalam perjalanan panjang sejarahnya ternyata lebih mudah mengerti ide akan adanya figur Ayah dan Ibu dibalik penciptaan semesta daripada ide akan adanya "Original Principles" atau Figur yang Satu dari Sang Pencipta.

Hinduisme, sumber referensi dari "sejarah manusia sebelum dikenalnya penanggalan" yang pernah tercatat di muka bumi, mengisahkan bahwa ada Original or Absolute State sebagai satu-satunya kondisi sempurna dibalik semua keberadaan. Lalu dari kondisi tadi muncullah atau lahirlah para "pelaku penciptaan". Pelaku-pelaku penciptaan ini di personifikasikan dalam figur Brahma, Wisnu dan Siwa.

Brahma sebagi simbol dari aspek sang Absolute yang membuat ada segala sesuatunya. Wisnu mewakili aspek dari Sang Absolute yang melestarikan dan menopang keberadaaan segala sesuatunya, wujud cinta kasih tak bersyarat dan tak terbatas. Siwa menggambarkan aspek dari Sang Absolute yang membawa motion atau gerak kedalam semesta yang memungkinkan sesuatu untuk diciptakan dan tetap ada dalam semesta pada suatu waktu tertentu.

Yahudi, Nasrani dan Islam semuanya berbagi akar sejarah yang sama. Dalam kitab Genesis, dikatakan bahwa penciptaan bermula ketika Tuhan menciptakan langit dan bumi, kemudian memerintahkan "Let there be Light". Aksi penciptaan pertama ini terjadi sebelum penciptaan bintang-bintang dan matahari kita, jadi informasi bahwa telah adanya langit dan bumi karenanya harus di pandang sebagai metafor dan bukan keniscayaan dalam arti literal.

Bumi dikatakan belum berbentuk dan kosong, seperti sebuah "kehampaan sebelum penciptaan" dan Tuhan mengamati secara seksama bentangan hampa tak berbentuk itu.

Disini kita memiliki:

1) Niat dari Sang Absolute mengamati:

2) Bentangan tak berbentuk dari benih semesta yang harus kita referred sebagai jagat raya dan bukannya bumi, karena bintang2 ( termasuk Bumi mestinya) belum terbentuk, barulah kemudian semua kemungkinan itu diawali dengan:

3) "Let there be Light" kalau dalam khasanah Islam "Kun fayaKun" disinilah dimana Energi tercipta untuk mengaktifkan benih kosong dari semesta dan memungkinkan segala sesuatunya itu termanifestasikan termasuk bintang, planet, dan lingkungan biologis yang terkandung didalamnya.

Semua kisah penciptaan tadi telah berumur ribuan tahun. Dalam sejarahnya kisah itu diceritakan pada manusia yang percaya bahwa penciptaan itu adalah hanya tentang penciptaan Bumi. Secara umum manusia tidak mempunyai ide atau wawasan cukup bahwa sebenarnya bintang yang jauh itu adalah matahari lain, dan tentunya ada bumi-bumi lain di luar sana.

Kini kita memiliki apresiasi yang jauh lebih baik akan kebesaran penciptaan. Kita memang masih belum tahu ukuran sebenarnya atau bahkan bentuk dari semesta tapi kita punya ide lebih baik akan skala dari semesta. Pada Juli 2003 para ahli Astronomi mengumumkan bahwa ada 70 "Sextillion" bintang di semesta yang masih bisa di observed. Sebagai gambaran 1 sextillion adalah seribu juta juta juta, dan itu pun baru di bagian semesta yang terlihat, ukuran sebenarnya dari kosmos pastilah lebih besar lagi dari itu.

Kita kemudian bisa menyimpulkan bahwa pencipta dari kosmos yang maha besar ini pastilah entitas yang jauh lebih besar dari semesta yang tercipta. Entitas ini kalau boleh diistilahkan "Infinite Being" adalah keberadaan yang begitu besar sehingga semesta yang maha besar ini berada dalam Kesadaran dan Fokus Nya.

Infinite Being atau Keberadaan tak terbatas ini adalah segala sesuatunya, semua potensial, seluruh kemungkinan. Sebagai kondisi keberadaan, Infinite Being tidak act, do atau "berbuat" melainkan just IS , DIA selalu "Jadi".

Infinite Being adalah kondisi sempurna dari keberadaan. Namun pada suatu titik Infinte Being memutuskan untuk "Menjadi" ketimbang "Jadi", Become ketimbang Be. Maka Infinte Being kemudian memutuskan untuk memanifestasikan semua Potensial-Nya, untuk kemudian mengambil peran sebagai pelaku dari setiap bagian potensial tersebut.

Untuk mencapai itu semua, Infinite Being membagi Kesadarannya. Dalam satu arah DIA memfokuskan Intent, cipta, niat, keinginan-Nya. Di arah yang lain, DIA memfokuskan Cinta kasih-Nya, rasa, feelings. Kemudian di arah ketiga DIA melahirkan motion, aksi, gerak, karsa, sehingga dua fokus dari Diri-Nya Intent-Feeling, cipta-rasa dapat berinteraksi satu sama lain sebagai bagian saling terjalin dari arus atau gelombang kesadaran.

Dengan mekanisme ini, Infinte Being meng-expand DIRI-Nya dari hanya "Being"...Jadi kedalam kondisi aksi, dari potensial menjadi ekstensial. Namun sampai titik ini tidak ada sesuatu pun yang tercipta yang ada barulah potensi, kemungkinan, untuk penciptaan segala sesuatu.

Sebuah Panggung diperlukan untuk dimunculkan sebagai sarana mengekspressikan seluruh kemungkinan dari Infinite Being dalam berbagai infinte variety, untuk mempersiapkan panggung itulah semesta kemudian diciptakan.

Pertama-tama, Semesta ini diisi oleh rasa Kasih, kemudian di aktivasi melalui gerak dengan menggunakan fokus dari cipta. Inilah awal dari benih asli semesta sebelum semesta "hidup" dengan energi. Inilah yang di metaforkan sebagai gelap hampa yang telah ada sebelum Cahaya.

Kemudian, Kehidupan di tiupkan kedalam kehampaan ketika Energi di masukkan kedalamnya. Energi tercipta oleh gerak dari cipta dalam lautan rasa yang melingkupi dan memenuhi semesta.

Dengan masuknya Energi kedalam semesta, Cahaya terlahir dan memenuhi semua ruang dengan kemungkinan tak terbatas dari energy potensial dan kemudian potensial dari segala sesuatu dan segala sesuatunya yang akan menjadi setelah itu.

Kini kita menemukan diri kita hidup dalam pengalamanan terbaru dari petualangan tak terbatas sang keberadaan. Sebagai bagian dari Infinite Being, kita masing-masing disini ada untuk merasakan pengalaman hidup sebagai mana kita melihatnya dari sudut pandang individu dan keunikan kita.

Kita, sebagai kesadaran yang ada di dalam diri, adalah pengamat dari Hidup itu sendiri. Ketika dalam keseharian kita disibukkan oleh tuntutan dunia fisikal kita, mungkin terlihat sulit untuk berhubungan dengan aspek non fisik diri kita..kesadaran kita. Tapi melakukan ini artinya kita tersambung secara langsung dengan Pengamat yang ada di dalam diri kita. Itulah mengapa waktu yg paling berharga dalam bagian hari kita adalah ketika kita menyisihkan waktu dalam kesendirian kita untuk bermeditasi, bermunajat, berdoa, menunaikan sholat ataupun segala bentuk koneksi lainnya.

Mari jadikan hidup lebih Hidup.

No comments:

 

Copyright 2016 Wanderers Home

Created By Yan Rezky | Designed By Zalfy Putra