All things are One. There is no polarity, no right or wrong, no disharmony, but only identity.
All is One, and that one is love/light, light/love, The One Infinite Creator...


~Ra, humble messenger of the Law of One~

Wednesday, December 17, 2008

Hidup didasari ketakutan atau kecintaan?


Tanpa kita sadari setiap perbuatan, pilihan, rencana dan bahkan sudut pandang kita dalam kehidupan ini sebenarnya didasari atau berlandaskan sebuah akar keyakinan atau akar pemikiran tertentu. Kita merancang, merencanakan, memilih dan menjalankan kehidupan kita dengan nahkoda dan arahan dari sebuah keyakinan dan kepercayaan tentang apa dan bagaimana hidup dan kehidupan itu sendiri.

Seringkali akar keyakinan kita merupakan “warisan” dari lingkungan dimana kita tumbuh dan dibesarkan, terutama dari orang tua, keluarga dan guru-guru kita, sehingga latar belakang budaya, kondisi dan norma dimana kita menghabiskan hidup kita memegang peran penting dalam membentuk pandangan hidup atau filosofi hidup seseorang. Disadari atau tidak filosofi itulah yang membentuk cara kita menjalani hidup kita dan berinteraksi dengan hidup orang lain.

Dari berbagai filosofi dan pemikiran yang sangat beragam, kesemuanya itu bisa kita bagi kedalam dua kelompok besar, yaitu dengan menggali akar motivasi dari sebuah filosofi itu sendiri, tentunya hal ini tidak mengherankan karena kita tahu kita hidup di dunia dualisme, sehingga pada akhirnya segala sesuatu akan direpresentasikan dalam sebuah keseimbangan dualisme yang sempurna, dimana yang satu harus co-exist dengan yang lainnya agar bisa eksis.

Begitupun filosofi kehidupan, sebagian orang akan “melihat sebuah gelas masih setengah kosong” sementara sebagian lagi akan melihat gelas yang sama “sudah setengah penuh”. Kelompok pertama adalah filosofi yang tumbuh dari motivasi untuk bertahan hidup (survival) yang merupakan hasil input dari otak bagian belakang manusia yang sering disebut sebagai “otak primitif” karena bertanggung jawab atas impuls atau rangsangan untuk membela diri dan insting bertahan hidup dan bereproduksi.

Dari sudut pandang sains bagian otak inilah yang merupakan “built-in mechanism” yang sudah tertanam pada diri manusia sebagai system dasar untuk merespon rasa ketakutan akan kemusnahan eksistensi dirinya. Pada jaman prehistoric mekanisme dasar inilah yang secara instingtif membimbing manusia purba untuk bisa merancang, memilih dan melakukan akitifas kehidupan untuk menghindari keberadaan ras manusia dari kepunahan.

Impuls dan insting dasar itulah yang kemudian seiring dengan peradaban diterjemahkan kedalam filosofi hidup manusia. Dalam persepsi filosofi ini semua hubungan si diri dengan lingkungan dan bahkan dengan Penciptanya diterjemahkan sebagai sebuah kompetisi untuk bertahan hidup, dimana ada pemenang di satu pihak dan ada pecundang di pihak lain.

Dalam hubungan dengan sang Pencipta, filosofi ini meyakini bahwa Tuhan hanya menerima satu golongan karena golongan ini sudah berhasil membawa diri, memodifikasi perilaku dan menjalankan langkah-langkah taktis melalui serangkaian persyaratan dan aturan “permainan” untuk dapat keluar sebagai pemenang dan terhindar dari kesengsaraan dan penderitaan sebagai pecundang.

Begitupun dalam hubungannya dengan sumber daya kehidupan, mereka memandang sumber daya itu terbatas, jadi semua harus berebut dan berkompetisi untuk mendapatkannya, no pain no gain mentality. Bagi mereka yang tidak mampu untuk berkompetisi ya akan tidak kebagian akses untuk mendapatkan sumber daya untuk menunjang kelangsungan hidup mereka.

Karena filosofi ini dibangun atas dasar impuls instingtif dari sebuah mekanisme untuk bertahan hidup sebagai individu, maka pada gilirannya akan diterjemahkan bukan concern dan tanggung jawab si individu jika satu golongan menjadi pecundang, sepanjang dirinya bukan termasuk golongan tersebut wong namanya juga kompetisi, salah sendiri kenapa bisa jadi pencundang, kira-kira begitu terjemahan bebasnya atau dengan kata lain pandangan ini tidak menerima pendapat bahwa semua kehidupan itu terhubungkan dalam satu jejaring besar, bahwa ada wholeness atau oneness antara diri kita, orang lain, alam sekitar dan seluruh aspek semesta. Mereka percaya bahwa mereka berbeda dari yang lain, percaya akan separateness (keterpisahan) dengan yang lain, sehingga jika mereka bisa “selamat” dan orang lain tidak ya…emang udah begitu dari sononya, mereka ya mereka…aku ya aku, masing-masing aja.

Jadi kata kunci dari filosofi ini adalah keyakinan mendasar bahwa individu itu independen eksistensinya, kompetisi adalah satu-satunya jalan memenuhi hajat hidup kita, dan mentalitas “no pain-no gain” yang kesemuanya merupakan cerminan ketakutan manusia akan eksistensi dirinya sendiri, sehingga hanya tantangan dan kesulitan lah yang akan membuat individu mampu bertahan dan memperoleh kemajuan…. and you know what? THAT”S WORK FOR THEM !!

Dalam perjuangannya memenangkan kompetisi kehidupan, maka tiap individu akan mengkondisikan dirinya untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya dengan terus mencambuk dirinya dengan berbagai kesulitan, cobaan, tantangan dan kadang penderitaan (seperti kita tau dalam kondisi tertekan, diri kita mensekresi hormone adrenalin yang membuat kita lebih awas, lebih sigap, lebih cekatan pendek kata mirip seperti doping atau obat kuat) yang bahkan pada beberapa kasus mampu membuat individu mengeluarkan potensi terpendamnya sebagai seorang manusia, for the one who can conquer the imperfect of the self is the one that can unleashed and awaken the ultimate power that lies within them.

Demikian pula ada filosofi yang meyakini berlawanan dengan kelompok pertama, bahwa semua aspek penciptaan merupakan bagian integral yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Eksistensi suatu kehidupan tergantung eksistensi kehidupan yang lainnya. Manusia tidak bisa dipisahkan dari manusia lainnya dan juga alam, menindas orang lain atau merusak alam sama saja merusak kehidupan manusia itu sendiri.

Manusia yang menerima dan menyadari cinta sang Pencipta, meradiasikannya kepada orang lain sebagaimana ia hidup dari cinta sang Pencipta kepadanya, cintanya juga menghidupi alam sekitarnya tanpa syarat tanpa terkecuali. Impuls ini merupakan impuls yang ditemukan di otak bagian depan dari manusia yang merupakan hasil evolusi fisikal manusia yang membedakannya dengan spesies dari kerajaan fauna.

Di bagian otak inilah terdapat system yang bertanggung jawab atas kreatifitas, ekspresi dan apresiasi dari seorang individu. Ini adalah system yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan untuk bertahan hidup, dan lebih merupakan ekspresi keunikan seorang manusia dan apresiasinya akan keunikan orang lain.

Dalam hubungan dengan sang Pencipta, pandangan ini meyakini bahwa Tuhan menerima dan mengasihi semua, dalam peran dan fungsi nya masing-masing sehingga lakon dari penciptaan dapat berjalan sesuai rencana dari Tuhan itu sendiri. Ibarat sutradara, Tuhan memerlukan aktor-aktor kawakan untuk peran protagonist dan juga aktor yang tidak kalah kelasnya untuk peran antagonis yang akan dimainkan.

Dalam hubungannya dengan sumber daya, mereka meyakini bahwa sumber daya itu tidak terbatas, hanya manusialah yang menciptakan batasan-batasannya sendiri. Dengan kerjasama dan sedikit kreatifitas dimungkinkan untuk menciptakan kesejahteraan bersama bagi semua orang sehingga manusia tidak perlu untuk saling mengalahkan untuk dapat memperoleh hajat hidupnya masing-masing, sebagaimana yang dicontohkan oleh koloni lebah atau semut.

Sehingga prinsip mereka berbeda, bukan no pain-no gain, melainkan give-and-you-shall-received dimana kepentingan orang lain dan orang banyak merupakan prioritas diatas kepentingan pribadi. Mereka memandang setiap tantangan sebagai kesempatan untuk berkontribusi untuk kepentingan dan kemajuan bersama yang pada gilirannya memberikan manfaat bagi dirinya sendiri sebagai bagian dari keseluruhan walau untuk itu mereka harus mengorbankan kesenangan atau kenyamanan mereka.

Hidup merekan dilandasi oleh kecintaan pada sesama, pada kehidupan itu sendiri, pada keyakinan bahwa semua itu merupakan bagian dari kesatuan yang tak terpisahkan, penderitaan orang lain adalah penderitaan mereka juga, kemalangan orang lain adalah kemalangan mereka juga. Kecintaan inilah yang menumbuhkan keikhlasan untuk berkorban bagi orang lain, kelapangan jiwa bahwa hidup adalah sebuah anugrah cinta dari Tuhan yang harus disyukuri dengan berbagi bersama orang lain dan kedamaian sejati dalam keyakinan akan kesempurnaan dan harmonisasi yang terkandung dalam lakon kehidupan yang tersaji dihadapannya.

Kata kunci bagi kelompok ini adalah, Semua itu satu adanya, hanya dengan kerjasama maka semua orang dapat menikmati hajat hidupnya dengan baik dan mentalitas gave-and-you-shall-received, yang kesemuanya merupakan cerminan bahwa eksistensinya merupakan bagian dari eksistensi keseluruhan sehingga hanya melalui kerja sama, saling berbagi dan tolong menolong maka akan diperoleh kemajuan bersama sekaligus kemajuan bagi tiap individu di dalamnya…and it also WORK FOR THEM !!!

Dalam perjalanannya berbagi dan mengekspresikan kecintaan pada sesama individu dan alam sekitar yang merupakan cerminan kecintaan pada sang Pencipta, maka tiap individu akan berada dalam kondisi yang penuh kebahagiaan, vitalitas, dan keceriaan karena tiap individu akan mengkondisikan dirinya untuk selalu dapat memberikan benefit bagi orang lain dengan selalu bersyukur dan berterima kasih kepada sang Pencipta atas semua nikmat dan cinta yang diberikan (Seperti kita tahu relaksasi, kebahagiaan dan keceriaan merupakan kondisi ideal untuk aktifitas yang menuntut kreatifitas, reflektif, dan apresiatif karena ketika itu gelombang otak kita masuk kedalam wilayah frekuensi alpha yg merupakan pintu gerbang meditative-state atau kondisi mental meditative yang merupakan prosesor dari proses-proses mental tingkat tinggi) dengan begitu kemajuan dapat diperoleh…and the one who is willing to sacrifice most of themselves to the good of others, is the one that capable to unleashed and awaken the ultimate power that lies within them.

Itulah yang secara sempurna direpsentasikan dalam symbol yin and yang, a perfect dance of dualism, where the existence of one is feeding the existence of the other one…All is perfect in their own way..

What a Graciously Organized Design.....isn't?

Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat...Kemanapun kita memandang hanya wajah kecantikan-Nya yang terlihat…

No comments:

 

Copyright 2016 Wanderers Home

Created By Yan Rezky | Designed By Zalfy Putra